PRASANGKA,
DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
- Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan kepentingan
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang Diskriminasi dan Ethosentris
- Mahasiswa dapat menjelaskan pertentangan dan ketegangan dalam masyarakat
- Mahasiswa dapat menyebutkan golongan – golongan yang berbeda dan intergrasi sosial
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang intergrasi nasional
Perbedaan
Kepentingan
Kepentingan berupa pokok asal timbulnya tingkah laku setiap
individu, dan individu itu pun bertingkah laku sebab ada dorongan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya, kepentingan itu bersifat yang bisa kata
"egois" sebab ia hanya memenuhi kepentinganya maka dari pada itu
individu merasa puas dan begitu pula sebaliknya kegagalan dalam memenuhi
kepentingan akan enimbulkan msalah baik dirinya maupun orang yang di
sekitarnya.
Oleh karena itu bahwa tingkah laku individu merupakan cara maupun alat dalam memenuhi
kebutuhanya sendiri, lalu kegiatan-kegitan yang akan di ambil oleh
individu berupa hakikatknya yang merupakan pemenuhan dan kepentingan
tersebut, artinya bahwa tidak yang ada dua orang yang dilakukannya sma persis
dalam hal-hal kehidupan pribadinya, serperti jasmani maupun rohani setiap
individu, dari pada terciptalakh perbedaan individu dalam hal kepentingan
setiap individu. perbedaan itu berupa memperoleh kasih sayang, memperoleh
harga diri setiap individu, ingin dibutuhkan oleh orang lain, memperoleh hidup
yang layak, dll
Dalam kenyataanya pun yang nenunjukan setiap ideologi yang tidak mampu
mewujudkan ke idealisme yang akhirnya menciptakan konflik. penyebabnya pun
adanya jarak yang cukup luas antara yang diharapkan dengan kenyataanya (real)
maka dari pada itu hasilnya dan realnya itu biasanya di sebabkan sudut
pandang setiap individu yang berbeda. dan masa-masa dalam keadaan konflik
biasanya berupa kesalah pahaman, pernyataan yang tidak disetujui yang
menimbulkan emosi dari massa , protes, aksi mogok, dll.
Seperti kata Walter W.Martin konflik biasanya ada yang tidak sepaham
dalam anggota kelompok mengenai tunjuan sosial yang akan di setujui, norma
sosial yang tidak membantu masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah di
setujui, norma yang telah dihayati dalam kelompok itu bertentangan satu dengan
lainnya, sanksi sudah mulai lemah, tindakan anggota msayarakat sudah
bertentangan dengan norma kelompok itu sendiri..
Diskriminasi dan Ethosentris
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap
individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili
oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa
dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian
untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran
politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari
tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung,
terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan
menghambat adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk:
- dari struktur upah,
- cara penerimaan karyawan,
- strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau
- kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah seseorang memenuhi aspirasi
profesional dan pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat bahwa
perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara individual.
Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada karakteristik-karakteristik
kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas,
seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu memiliki tingkat
produktivitas lebih rendah.
Etnosentrisme cenderung memandang rendah orang-orang yang dianggap
asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya asing dengan budayanya
sendiri. “ ( The Random House Dictionary ).
Ada satu suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku Inuit yang berarti “penduduk sejati” [Herbert, 1973, hal.2]. Sumner menyebutkan pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal didefinisikan sebagai “pandangan bahwa kelompoknya sendiri” adalah pusat segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi [Sumner, 1906, hal.13]. Secara kurang formal etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.”
Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.
Kecenderungan etnosentrisme berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan berprestasi. Dalam buku The Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama yang fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. Yang artinya orang yang etnosentris susah berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan dalam proses belajar-mengajar.
Ada satu suku Eskimo yang menyebut diri mereka suku Inuit yang berarti “penduduk sejati” [Herbert, 1973, hal.2]. Sumner menyebutkan pandangan ini sebagai etnosentrisme, yang secara formal didefinisikan sebagai “pandangan bahwa kelompoknya sendiri” adalah pusat segalanya dan semua kelompok lain dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok tadi [Sumner, 1906, hal.13]. Secara kurang formal etnosentrisme adalah kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik.
Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.”
Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan : “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri.
Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Semua kelompok merangsang pertumbuhan etnosentrisme, tetapi tidak semua anggota kelompok sama etnosentris. Sebagian dari kita adalah sangat etnosentris untuk mengimbangi kekurangan-kekurangan kita sendiri. Kadang-kadang dipercaya bahwa ilmu sosial telah membentuk kaitan erat antara pola kepribadian dan etnosentrisme.
Kecenderungan etnosentrisme berkaitan erat dengan kemampuan belajar dan berprestasi. Dalam buku The Authoritarian Personality, Adorno (1950) menemukan bahwa orang-orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan pemeluk agama yang fanatik. Dalam pendekatan ini, etnosentrisme didefinisikan terutama sebagai kesetiaan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa lain. Yang artinya orang yang etnosentris susah berasimilasi dengan bangsa lain, bahkan dalam proses belajar-mengajar.
Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas
daripada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai
pertentangan yang kasar atau perang. Dalam hal ini terdapat tiga elemen dasar
yang merupakan ciri dari situasi konflik, yaitu :
- terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik.
- Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
- Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan,
konflik dapat terjadi pada lingkungan :
a. pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk
adanya pertentangan, ketidakpastian atau emosi dan dorongan yang antagonistic
dalam diri seseorang.
b. pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang
terjadi dalam diri individu, dari perbedaan pada para anggota kelompok dalam
tujuan, nilai-nilai dan norma, motivasi untuk menjadi anggota kelompok, serta
minat mereka.
c.pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada
perbedaan antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan
norma-norma dimana kelompok yang bersangkutan berada
Golongan
golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas batas territorial nilai nilai norma norma, dan pranata social.
Integrasi social adalah jika yang dikendalikan disatukan,
atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur unsur sosial atau
kemasyarakatan.
Integrasi social Diperlukan agar masyarakat tidak bubar
meskipun menghadapi berbagai tantangan berupa fisik atau masalah yang terjadi
secara social budaya
Integrasi Nasional
secara umum mencerminkan proses persatuan orang orang dari berbagai wilayah yang berbeda,atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitis, social budaya atau latar belakang ekonomi menjadi satu bangsa terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama.
Integrasi Sosial
Setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh
masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial. Ini berarti masyarakat menyadari
bahwa sistem sosial, nilai, adat-istiadat, norma, atau hukum yang berlaku
sekarang sudah tidak memadai lagi dan sudah saatnya diubah. Perubahan yang
dikendaki oleh masyarakat sendiri tidak akan menimbulkan kekacauan atau
disintegrasi sosial.
kebudayaan dan adat istiadat yang di pakai merupakan salah satau kebutuhan pada nilai-nilai integrasi sosial yang merupakan dasar atas pengendalian masyarakat.contohnya saja pada masyarakat barat dan teori sosial, yang dimana bahawasanya sebagai peradaban yang kini mencapai puncakanya,harus lebih di akui bahwa kebudayaan barat yang lebih kepada kebebasan ( freedom ).
kebudayaan dan adat istiadat yang di pakai merupakan salah satau kebutuhan pada nilai-nilai integrasi sosial yang merupakan dasar atas pengendalian masyarakat.contohnya saja pada masyarakat barat dan teori sosial, yang dimana bahawasanya sebagai peradaban yang kini mencapai puncakanya,harus lebih di akui bahwa kebudayaan barat yang lebih kepada kebebasan ( freedom ).
Salah satu contoh lagi, yaitu sosial budaya Provinsi Maluku
Utara, yaitu dimana corak kebudayaannya pada tipikal perkawinan antara ciri
budaya lokal dan budaya islam Maluku Utara pada masa lampau, karena pendapatan
yang dicapai pada hasil pertanian dan perikanan, karena memiliki laut yang
Luas.
Sementara itu, ikatan kekerabatan dan integrasi sosial
masyarakat secara umum sangat kuat sebelum terjadi konflik horizontal bernuansa
SARA. Ikatan pertalian darah dan keturunan sesama anggota keluarga didalam satu
komunitas di daerah tertentu sangat erat dan familiar, walaupun keyakinan
keagamaan berbeda seperti masyarakat di kawasan Halmahera bagian utara dan
timur. Hubungan ini telah menumbuhkan harmonisasi dan integrasi sosial yang
sangat kuat. Dalam konteks hubungan Islam dan Kristen, nuansa interaksi sosial
tersebut lebih didasarkan bukan pada pertimbangan kultural dan hubungan
kekeluargaan.
Nilai, norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan
dapat menjadi patokan hidup sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera
tercipta, meskipun perubahan baru saja terjadi.
Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui.
Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui.
Pemerintah Orde Baru juga membatasi kebebasan berbicara,
kebebasan berkumpul dan berserikat, bahkan melarang aksi protes mahasiswa di
kampus-kampus. Keadaan ekonomi yang hancur sejak tahun 1997 menyadarkan rakyat
Indonesia bahwa negara dikelola secara buruk, karena adanya korupsi,kolusi dan
nepotisme.
Keadaan semacam itu, jika dibiarkan berlanjut tentu akan
menghancurkan negara Indonesia sendiri. Karena itu, masyarakat dan mahasiswa
kemudian melakukan aksi demonstrasi dan protes dengan puncak pada demonstrasi
besar-besaran di bulan Mei 1998. Aksi itu mendesak Presiden Soeharto mundur
dari jabatan. Lengsernya Soeharto dari kekuasaan yang sudah dipegangnya selama
32 tahun dan lahirnya era reformasi merupakan sebuah perubahan sosial dan
budaya..
Perubahan semacam ini dikehendaki rakyat. Karena itu,
disintegrasi negara akan diminimalisir sampai serendah mungkin. Tentunya
stabilitas dan integrasi bangsa dan negara akan sangat ditentukan juga oleh
masalah penegakan hukum yang pasti dan adil. Tentunya kita semua mengharapkan
agar segala perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia merupakan
perubahan sosial yang dikehendaki warga negara.
Atau, pemerintah ingin menguasai seluruh sendiri kehidupan
warga negaranya. Pemaksaan perubahan juga bisa berasal dari luar negeri,
terutama dari negara-negara adikuasa dengan kepentingan ekonomi dan politik yang
ingin diwujudkan di negara Indonesia.
Pendapat saya
Sebenarnya diskriminasi dalam kehidupan itu kembali kepada orangnya masing-masing,mungkin karena harta atau bisa juga karena profesionalisme kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar